Jumat, 01 November 2013

UTS, MANTAN DAN MAKHLUK EMOSIONAL DI BALIKNYA



Bismillahi rahmanirrahiim.
Alhamdulillah malam ini aku tiba dengan selamat di rumah. Setelah melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan, naik angkot dan bis 5 kali buat bisa sampai rumah, nggak ada salahnya kan untuk dibagi di sini.
Minggu-minggu UTS yang membuatku cukup stress masih belum juga terlewati. Tahukah? Rambu bener-bener rontok dengan jumlah yang nggak sedikit. UTS belum mulai, eh ada tugas. UTS sedang berjalan
, eh dikasih tugas juga. Yah, namanya juga mahasiswa. Apalagi mahasiswa baru. Terlebih lagi mahasiswa psikologi dong dong dooooong macam awak -_-
Setelah dipikir-pikir tentang kalimat “Mahasiswa S1 psikologi itu bagaikan pasien rawat jalan”, kalimat itu belum tepat untuk ditudingkan pada anak semester satu. Yang menurut Rifa lebih tepat ya kalimat model “Mahasiswa psikologi semester 1 adalah calon-calon pasien yang sedang ditempa kestressannya sebelum menjadi pasien rawat jalan”
Jadi intinya mahasiswa psikologi itu dibikin stres dulu, terus jadi pasien rawat jalan, misal sembuh bisa lulus tepat waktu dan ambil S2 profesi psikolog, kalau nggak sembuh ya nggak lulus-lulus dan jadi pasien tetap rujukan RSJ Magelang. O em jiiiii amit-amit mengkudu mulus.
Ehem *kencengin tali kambing*
Keluar dari hiruk pikuk dan keramai riuhan UTS ya, aku mau membalik topik jadi “MANTAN” yaaa. Ini nggak bakal ngebahas mantan itu sendiri, tapi makhluk emosional di baliknya. Oke, sekarang aku minta teman-teman pejamkan mata sambil baca postingan ini bayangin muka mantan teman-teman yang paling unyu. Pilah dan pilih ekspresi yang menurut teman-teman paling ngegemesin, paling ngangenin. Bayangin kedalaman tatapannya. Tatapan mengharap buat bisa balikan sama teman-teman. Bayangin terus, bayangin yang dalem, rancang kata-kata penolakan yang paling halus, paling nggak berasa goncangannya, tutup dengan senyum teman-teman yang paling manis, lalu lihat betapa getir senyum yang terlengkung di wajah unyunya.
Andai di kehidupan nyata nih ya, yg seperti itu jadi terasa nggak rasional bahkan cuma buat dibayangin. Godaan yang namanya mantan itu nggak ada habisnya. Apalagi kalau mantannya emang nggak habis-habis dan masih terus diproduksi. Godaannya udah kayak diajak Zayn Malik dinner berdua. Bikin khilaf.
Masalah godaan sebenernya bukan apa-apa ya. Toh wajar kalau masih keinget mantan. Inget namanya, inget mukanya, inget kebiasaanya, inget ukuran sendal kirinya, inget utangnya . Tapi teman-teman juga harus inget kalau mantan itu sudah jadi bagian dari masa lalu. Gelombang waktunya udah beda, waktunya udah beda, kesempatannya udah beda, takdirnya juga udah beda. Nggak ada gunanya lagi, kecuali buat pembelajaran yang berharga. Salah kalau teman-teman masih mengharap bisa balikan sama mantan. Apalagi kalau mantan teman-teman itu sudah punya pacar baru. Salah besaaaaarrr.
Rifa mau curcol ah tentang makhluk emosional piaraan pacarnya mantan. Begini ceritanya.
Pada suatu siang yang cerah, di bawah naungan gedung-gedung tinggi di belantara perkampusan *sengaja hyper*, seorang gadis berkerudung biru membuka http://segoressenyum.blogspot.com// yang kemudian URLnya dibagikan ke jejaring sosial facebook dan twitter.
Nah, ada seorang gadis manis –cantik- dari negeri antah berantah yang menuliskan komentar yang entah bagaimana Rifa lupa bunyinya. Setelah itu masuklah inbox tentang permintaan agar Rifa menghapus beberapa tulisan yang menurut Rifa pribadi tidak perlu dihapus.. toh, tidak mengganggu perjalanan darat, air dan laut siapapun. Tulisan itu pun tidak mengganggu, tidak ada unsur sara, pornografi ataupun bullying, tidak mengganggu individu maupun kelompok, tidak merupakan tindakan cyber crime. Intinya tidak melanggar UUD,  KUHP, KUH Perdata, maupun hak asasi manusia. So, Rifa nggak punya alasan untuk meng-iya-kan permintaan gadis manis tersebut.
Ceritanya, Rifa punya mantan yg dulu (2011) sempat ikut mengisi blog ini. Ada beberapa tulisannya yg emang sengaja nggak Rifa hapus. Kenapa? Karena yang namanya kenangan tidak akan bisa ditulis ulang biar bagaimanapun indahnya diksi yang bisa digunakan saat ini. Selain itu, ini sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih Rifa untuk kesediannya dulu ikut nimbrung di blog ini.
Nah, usut punya usut, ternyata gadis manis itu adalah pacarnya mantan Rifa. Sebagai seorang perempuan dan sebagai calon S. Psi Rifa mencoba memposisikan diri sebagai gadis manis itu. Coba teman-teman juga ikut membayangkan ya. Jika Rifa hanya mengandalkan Id yang dituruti oleh Ego, pasti akan melakukan hal yang sama –minta tulisan pacar di blog mantannya dihapus-. Kemudian Rifa kembali ke posisi Rifa sebagai mantannya pacar si gadis manis itu. Kemudian Rifa berpikir ulang tentang “Kenapa gadis manis itu tidak menonjolkan superegonya?” andai superegonya kuat, gadis manis itu pasti tidak akan meminta Rifa untuk menghapus tulisan pacarnya di blog Rifa.
Seharusnya gadis manis itu juga mencoba memosisikan ke dalam diri Rifa dan mencoba mencari tau alasan di balik kenapa Rifa nggak mengapus postingan mantannya yang saat ini sudah bersama orang lain?
Kita hidup di dunia ini bukan untuk cari musuh. Ya kan? Semoga tulisan ini sudah cukup mengerucut untuk teman-teman simpulkan sendiri. Setiap manusia memiliki masa lalu yang akan tetap dan terus dikenang sebagai pengalaman. Adalah hak setiap manusia untunk menyimpan atau membuang kenangan itu sendiri. Yuk latih empati kita ^^