Bismillahi rahmanirrahiim.
Alhamdulillah malam ini aku tiba dengan
selamat di rumah. Setelah melewati hari-hari yang panjang dan melelahkan, naik
angkot dan bis 5 kali buat bisa sampai rumah, nggak ada salahnya kan untuk
dibagi di sini.
Minggu-minggu UTS yang membuatku cukup
stress masih belum juga terlewati. Tahukah? Rambu bener-bener rontok dengan
jumlah yang nggak sedikit. UTS belum mulai, eh ada tugas. UTS sedang berjalan
, eh dikasih tugas juga. Yah, namanya juga mahasiswa. Apalagi mahasiswa baru. Terlebih lagi mahasiswa psikologi dong dong dooooong macam awak -_-
, eh dikasih tugas juga. Yah, namanya juga mahasiswa. Apalagi mahasiswa baru. Terlebih lagi mahasiswa psikologi dong dong dooooong macam awak -_-
Setelah dipikir-pikir tentang kalimat “Mahasiswa
S1 psikologi itu bagaikan pasien rawat jalan”, kalimat itu belum tepat untuk
ditudingkan pada anak semester satu. Yang menurut Rifa lebih tepat ya kalimat
model “Mahasiswa psikologi semester 1 adalah calon-calon pasien yang sedang
ditempa kestressannya sebelum menjadi pasien rawat jalan”
Jadi intinya mahasiswa psikologi itu
dibikin stres dulu, terus jadi pasien rawat jalan, misal sembuh bisa lulus
tepat waktu dan ambil S2 profesi psikolog, kalau nggak sembuh ya nggak
lulus-lulus dan jadi pasien tetap rujukan RSJ Magelang. O em jiiiii amit-amit
mengkudu mulus.
Ehem *kencengin tali kambing*
Keluar dari hiruk pikuk dan keramai
riuhan UTS ya, aku mau membalik topik jadi “MANTAN” yaaa. Ini nggak bakal
ngebahas mantan itu sendiri, tapi makhluk
emosional di baliknya. Oke, sekarang aku minta teman-teman pejamkan
mata sambil baca postingan ini bayangin muka mantan teman-teman yang
paling unyu. Pilah dan pilih ekspresi yang menurut teman-teman paling
ngegemesin, paling ngangenin. Bayangin kedalaman tatapannya. Tatapan mengharap
buat bisa balikan sama teman-teman. Bayangin terus, bayangin yang dalem,
rancang kata-kata penolakan yang paling halus, paling nggak berasa
goncangannya, tutup dengan senyum teman-teman yang paling manis, lalu lihat
betapa getir senyum yang terlengkung di wajah unyunya.
Andai di kehidupan nyata nih ya, yg
seperti itu jadi terasa nggak rasional bahkan cuma buat dibayangin. Godaan yang
namanya mantan itu nggak ada habisnya. Apalagi kalau mantannya emang nggak
habis-habis dan masih terus diproduksi. Godaannya udah kayak diajak Zayn Malik
dinner berdua. Bikin khilaf.
Masalah godaan sebenernya bukan apa-apa
ya. Toh wajar kalau masih keinget mantan. Inget namanya, inget mukanya, inget
kebiasaanya, inget ukuran sendal kirinya, inget utangnya . Tapi teman-teman
juga harus inget kalau mantan itu sudah jadi bagian dari masa lalu. Gelombang waktunya
udah beda, waktunya udah beda, kesempatannya udah beda, takdirnya juga udah
beda. Nggak ada gunanya lagi, kecuali buat pembelajaran yang berharga. Salah kalau
teman-teman masih mengharap bisa balikan sama mantan. Apalagi kalau mantan
teman-teman itu sudah punya pacar baru. Salah besaaaaarrr.
Rifa mau curcol ah tentang makhluk
emosional piaraan pacarnya mantan.
Begini ceritanya.
Pada suatu siang yang cerah, di bawah
naungan gedung-gedung tinggi di belantara perkampusan *sengaja hyper*, seorang
gadis berkerudung biru membuka http://segoressenyum.blogspot.com// yang
kemudian URLnya dibagikan ke jejaring sosial facebook dan twitter.
Nah, ada seorang gadis manis –cantik-
dari negeri antah berantah yang menuliskan komentar yang entah bagaimana Rifa
lupa bunyinya. Setelah itu masuklah inbox tentang permintaan agar Rifa
menghapus beberapa tulisan yang menurut Rifa pribadi tidak perlu dihapus.. toh,
tidak mengganggu perjalanan darat, air dan laut siapapun. Tulisan itu pun tidak
mengganggu, tidak ada unsur sara, pornografi ataupun bullying, tidak mengganggu
individu maupun kelompok, tidak merupakan tindakan cyber crime. Intinya tidak
melanggar UUD, KUHP, KUH Perdata, maupun
hak asasi manusia. So, Rifa nggak punya alasan untuk meng-iya-kan permintaan
gadis manis tersebut.
Ceritanya, Rifa punya mantan yg dulu
(2011) sempat ikut mengisi blog ini. Ada beberapa tulisannya yg emang sengaja nggak
Rifa hapus. Kenapa? Karena yang namanya kenangan tidak akan bisa ditulis ulang
biar bagaimanapun indahnya diksi yang bisa digunakan saat ini. Selain itu, ini
sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasih Rifa untuk kesediannya dulu
ikut nimbrung di blog ini.
Nah, usut punya usut, ternyata gadis manis
itu adalah pacarnya mantan Rifa. Sebagai seorang perempuan dan sebagai calon S.
Psi Rifa mencoba memposisikan diri sebagai gadis manis itu. Coba teman-teman
juga ikut membayangkan ya. Jika Rifa hanya mengandalkan Id yang dituruti oleh Ego,
pasti akan melakukan hal yang sama –minta tulisan pacar di blog mantannya
dihapus-. Kemudian Rifa kembali ke posisi Rifa sebagai mantannya pacar si gadis
manis itu. Kemudian Rifa berpikir ulang tentang “Kenapa gadis manis itu tidak menonjolkan
superegonya?” andai superegonya kuat,
gadis manis itu pasti tidak akan meminta Rifa untuk menghapus tulisan pacarnya
di blog Rifa.
Seharusnya gadis manis itu juga mencoba
memosisikan ke dalam diri Rifa dan mencoba mencari tau alasan di balik kenapa
Rifa nggak mengapus postingan mantannya yang saat ini sudah bersama orang lain?
Kita hidup di dunia ini bukan untuk
cari musuh. Ya kan? Semoga tulisan ini sudah cukup mengerucut untuk teman-teman
simpulkan sendiri. Setiap manusia memiliki masa lalu yang akan tetap dan terus
dikenang sebagai pengalaman. Adalah hak setiap manusia untunk menyimpan atau
membuang kenangan itu sendiri. Yuk latih empati kita ^^