Kamis, 05 Januari 2012

Isyarat Cinta Merpati


Isyarat Cinta Merpati
(by Rifa)
Seekor merpati betina seorang diri bertengger di atap menara. Ia terlihat gundah. Menoleh kesana kemari, seperti sedang mencari atau menanti sesuatu. Sedari tadi kuperhatikan dari bawah sini, tapi Ia tetap saja tak merasa bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikannya.
Tak terasa, hampir dua jam aku mengamati tingkah gundah merpati itu. Dan ternyata kegundahan itu mulai menular padaku. Hampir dua jam pula aku menanti kedatangan Ozie di bawah pohon rindang di samping menara. Dia telah berjanji untuk menemuiku di sini. Seharusnya dua jam lalu Ozie sudah berada di sini, bersamaku. Dan sekarang sore telah menjelang.
Kucoba lupakan sedikit tentang Ozie dan kembali mengamati tingkah merpati betina itu. Kini ia sedang tertunduk. Tingkahnya serasa menyindirku, aku yang sedang merindukan Ozie, kekasih hatiku.
Seekor merpati jantan datang dari belakang menara dan mulai menghampiri sang merpati betina. Kufikir dia adalah pasangan dari merpati betina itu. Dan sekarang penanitian merpati betina akan kekasihnya telah terbayar dengan kehadiran seekor merpati jantan. Sekarang di sini hanya tinggal aku sendiri yang masih menanti kehadiran kekasihku, Ozie.
Dan ternyata aku salah. Merpati betina itu masih terlihat sedih. Ia bahkan tak menganggap ada seekor merpati jantan di sampingnya. Kemudian merpati jantan itu terbang jauh dan meninggalkan sang merpati betina seorang diri. Mungin merpati jantan tadi bukanlah kekasih sang merpati betina, sehingga sang merpati betina tak merespon keberadaan merpati jantan yang datang menghampirinya. Sebuah pesan dari Tuhan untuk manusia, yang dititipkanNya melalui seekor merpati. Yaa.. seekor merpati yang Tuhan ciptakan dengan sifat kesetiaan abadi.
“hei Carissa..”, seseorang menyapaku. Aku mencoba mencari sumber dari suara yang baru saja membuyarkan lamunan merpatiku. Tak ada seorangpun di depanku, ataupun di samping kiri dan kananku.
“Carissa..”, kembali ia menyapa. Terdengar jelas suara seorang lelaki. Aku baru menyadari bahwa suara itu berasal dari belakangku. Tapi itu bukanlah suara Ozie. Aku masih merindukannya. Bahkan aku semakin merindu.
“yaa..?”, jawabku. Tanpa permisi seseorang itu telah duduk di sampingku.
“apa yang sedang kau lakukan di sini Carissa..?”, tanya Ryan. Lelaki yang baru saja menyapa dan bertanya tentang apa yang sedang kulakukan sekarang adalah Ryan, teman satu kampusku yang dari kabar burung yang kudengar ia menyimpan rasa padaaku.
“aku sedang menanti seseorang di sini..”, jawabku.
“dirikukah orang yang kau maksud..?”
“bagaimana menurutmu..?”, tanyaku kembali.
“ku fikir iya..”, jawaban itu terlontar ringan dari mulutnya. Tapi terserahlah jika ia ingin berfikir demikian.
“apa yang membuatmu berfikir bahwa aku sedang menantimu..?”, tanyaku.
“entah karena apa.. aku tak tau.. tiba-tiba saja aku merindukanmu. Jadi ku putuskan untuk menemuimu di tempat ini..”, jawab Ryan ringan.
“dan kenapa kau berfikir kau akan menemukanku di tempat ini..?”, tanyaku kembali.
“entahlah.. mungkin ini hanyalah sebuah takdir Tuhan…”, kata Ryan.
“baiklah..bisa kau tinggalkan aku sendiri di sini..?”, pintaku.
“kenapa aku harus meninggalkan gadis sepertimu seorang diri di tempat sepi seperti ini…? Aku tau orang yang kau nantikan bukan aku. Baiklah.. aku akan pergi. maafkan aku Carissa…”, kata Ryan kecewa.
Ku biarkan saja Ryan berlalu, karena yang ku nantikan hanyalah Ozie seorang.
Jika diperhatikan, sepertinya merpati itu meniru apa yang terjadi padaku. Oh.. bukan.. tapi akulah yang meniru merpati itu. Dari tingkah gusarnya, dari ketika seekor merpati jantan menghampirinya dan juga ketika merpati jantan itu kembali terbang meninggalkannya.
Dan sekarang merpati betina itu telah terbang dan kembali ke tempat dimana ia tinggal karena hari ini hampir berakhir. Hal itu ku anggap sebagai perintah untukku kembali ke rumah karena sejak saat itu aku menganggap diriku sama seperti merpati betina itu.
***
Hari terus saja berganti dengan hari-hari lainnya. Tak pernah lelah aku menanti kedatangan Ozie di bawah pohon rindang di samping menara yang ia janjikan. Aku masih dan akan terus berharap Ozie datang membawakan sebingkis senyuman untukku.
Di tempat yang sama seperti hari-hari yang lalu, merpati betina itu masih dan tetap menanti seorang kekasih yang dirindukan, sama sepertiku.
‘Andai aku benar-benar seekor merpati, aku akan bertengger di samping merpati betina itu dan menemaninya menanti kedatangan seorang kekasih bersamanya agar ia tak merasa sendiri disana…karena aku juga sedang menanti kedatangan kekasihku sejak lama di sini.. di tempat ini..’, fikirku. Mungkin saja merpati betina itu juga berfikiran sama sepertiku.
‘Andai aku benar-benar seorang manusia, aku akan duduk di bawah pohon rindang di samping manusia itu dan menemaninya menanti kedatangan seorang kekasih agar ia tak merasa sendiri di sana…karena aku juga sedang menanti kedatangan kekasihku sejak lama di sini..di tempat ini..’, kufikir itulah yang ada di fikiran merpati betina itu.
Hingga pada suatu hari, aku tak lagi melihat sang merpati betina bertengger di atap menara. Kemana dia..? mungkinkah dia telah lelah menanti kekasihnya..? atau bahkan dia telah mati sebelum bertemu kekasihnya..? ayolah.. siapa saja.. kumohon berikan sebuah jawaban untukku..walau apapun itu..
Saat aku mulai menahan tangis dan menyembunyikan wajahku di balik kedua telapak tanganku, aku mendengar kepakan sayap sayup-sayup beriringan. Ku tegakkan wajahku. Dan apa yang terjadi...? mataku menangkap bayangan dua ekor merpati di tanah. Dua ekor merpati yang sebenarnya sedang berputar-putar di atas sana. Ku pandang mereka. Betapa bahagianya sang merpati betina itu. Ia telah bertemu dengan kekasih yang selama ini dinantinya bersamaku di tempat ini. Aku bahagia melihat mereka telah kembali bersatu. Aku bahagia melihat mereka dapat bermain dan bercanda riang bersama. Aku bahagia dapat melihat mereka saling berpelukan. Tak ada duka ataupun kesedihan yang tergambar dari paras sang merpati betina. Yang nampak hanyalah kebahagiaan dan keceriaan.
Sekarang sang merpati betina turun ke tanah. Ia memperhatikanku yang masih bersikap sama, duduk di bawah pohon rindang samping menara. Ia terlihat menggeleng-gelengkankan kepalanya. Apa yang sedang dilakukannya…? Mungkinkah ia berniat menyindirku..? atau mungkin ia merasa iba padaku yang hingga saat ini belum menemukan di mana kekasihku berada.
Tak butuh waktu lama, pejantannya mulai turun dan menemaninya mengamatiku. Aku merasa sedikit aneh, kenapa ada sepasang burung merpati mengamatiku dengan tingkah mereka yang lucu. Mungkinkah mereka ingin membalas dendam padaku karena aku selalu memperhatikan merpati betina itu saat berada di atap menara dan menanti kedatangan kekasihnya..? mungkin itu terdengar lucu. Tapi benar. Tatapan mereka sempat membuatku salah tingkah dan sejenak merenung.
Sekali lagi, satu hari penuh ku habiskan untuk menanti kedatangan kekasih hatiku. Juga sekali lagi, hari ini menjadi hari yang sia-sia seperti hari kemarin dan kemarinnya lagi. Tapi tak apa laah.. aku yankin semuanya akan terbayar jika aku telah berjumpa dengan Ozie. Walau sampai kapanpun aku akan setia menunggunya di tempat ini.
Dan sekarang sepasang merpati itu terbang meninggalkanku sendiri di tempat ini. Malampun mulai menjelang. Tapi tak ku hiraukan. Biar saja mentari meninggalkanku. Masih ada pelita rembulan yang menemaniku di sini. Ini bukan karena apa-apa. Kakiku hanya terasa berat untuk melangkah. Hatiku juga terasa berat untuk meninggalkan tempat ini. Aku masih berharap Ozie akan datang dan menemuiku malam ini.
Dinginnya angin malam seperti mengeluh-eluhkan betapa dinginnya dunia ini tanpa kehadiran seorang kekasih. Hembusan angin menciptakan suara desiran yang menenangkan. Aku mulai mengantuk dan memejamkan mataku di bawah pohon rindang ini.
***
“selamat ulang tahun Febby Carissa Valentina…”, seeorang mengecup lembut keningku dan mengucapkan sepenggal kalimat selamat ulang tahun untukku. Itu membuatku terbangun dari tidurku. Saat ku buka mataku, Ozie, kekasih yang selama ini kunantikan kehadirannya telah ada di depanku dan memberi ucapan selamat ulang tahun untukku. Aku bahkan tak ingat bahwa malam ini adalah malam kelahiranku, juga malam valentine.
Ada banyak orang berdiri di belakang Ozie. Masing-masing dari mereka membawa sebatang lilin untuk menerangi malam ini. Mereka semua adalah sahabat dan keluargaku.
Malam ini terasa sangat indah dan romantis. Lantunan lagu selamat ulang tahun yang mereka nyanyikan untukku terdengar bagaikan lantunan harpa yang malaikat mainkan untukku, sebagai hadiah dari surga. Sungguh, aku belum pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya.
“Carissa.. maafkan aku telah membuatmu menunggu lama..”, ucap Ozie.
“apa yang kau lakukan selama aku menunggu kedatanganmu di tempat ini..?”, kataku.
“maaf Carissa.. aku sengaja melakukannya..”
“sengaja…? Kau gila.. kau gila karena membiarkanku menunggumu seorang diri di sini..”, kataku marah.
“itu sebabnya aku meminta maaf padamu.. aku tau kau tak sendiri saat menantiku disini.. dua merpati ini menemanimu bukan..?”, kata Ozie. Dia menunjukkan padaku sepasang merpati. Merpati yang memang menemaniku selama aku di sini.
“dari mana kau tau..? dari mana kau mendapatkan sepasang merpati itu..?”, tanyaku.
“aku sengaja menghilang darimu, tapi bukan dari keluargamu dan sahabat-sahabatmu. Kami telah merencanakan semua ini untukmu. Dari saat kau menantiku, dari sepasang merpati, Ryan, dan semua yang kau lihat selama berada di sini. Itu semua aku yang merencanakannya untukmu. Aku percaya kau sangat mencintaiku. Aku percaya kau adalah gadis yang sangat setia layaknya merpati betina ini..” , kata Ozie.
Dia benar-benar pandai memainkan perasaanku, tapi bukan dengan cintaku.
“kau jahat..”, kataku. Seketika Ozie memelukku dan membisikkan dua buah kalimat di telingaku.
“Carissa.. aku sangat mencintaimu.. aku ingin kau menjadi isteriku..”, kata Ozie padaku.
Aku terdiam. Air mata bahagia tak lagi bisa ku bendung. Dan sekali lagi, orang-orang yang ku sayangi mengiringi tangis haruku dengan lantunan selamat ulang tahun.
Ini adalah perayaan ulang tahun yang tak pernah ku duga sebelumnya. Ini adalah perayaan ulang tahun dan hari kasih sayang yang tak akan pernah ku lupakan seumur hidupku. Semua kebahagiaan ini akan ku ceritakan kepada anak-anakku bersama Ozie nantinya.
“Terima kasih Ozie.. terima kasih semua.. aku sayang kalian.. semoga kebahagiaan ini takkan pernah berakhir hingga kami senja..”
#END#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar