Minggu, 17 Agustus 2014

Kamu Generasi 1990-an & 2000-an? Masuk Dulu Yuk!





Tujuh belas Agustus tahun empat lima
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka nusa dan bangsa
Hari lahirnya bangsa Indonesia
Merdeka!

Kamu semua pasti tahu lirik lagu di atas kan? Aku yakin sebagian besar dari kamu-kamu semua hafal di luar kepala
lagu tersebut. Yap! Kebanyakan dari kamu tahu bahwa judul lagu tersebut adalah “17 Agustus” ya, walaupun sebagian lagi tahu lagu yang diciptakan oleh bapak kita tercinta Husein Mutahar tersebut judul
aslinya adalah “Hari Merdeka”. Ini ironi buat kamu semua yang salah judul. Hehehe
 sumber : wikipedia
Hari ini, 17 Agustus 2014 pagi-pagi sekali aku melihat segerombol anak-anak SD berjalan bergerombol mengenakan seragam putih-putih sambil menyanyikan lagu tersebut dengan penuh semangat. Mereka berjalan menuju lapangan sekolah yang akan digunakan untuk upacara kemerdekaan. Padahal upacara baru akan dimulai pukul 8 pagi. Kepolosan dan keluguan mereka yang membuatku berpikir. Mungkin di usia mereka, makna 17 Agustus sangat berbeda dari apa yang kita pikirkan.
Kemarin malam aku berbincang dengan regu Teratai dari SDN 2 Purworejo saat acara kemah Siaga di lapangan Gondangmanis Kudus.

doc. pribadi


“Apa sih yang kalian tunggu dari tanggal 17 nanti?”
Mereka semua riuh menjawab bebarengan, membuatku bingung siapa dulu yang harus kudengarkan. Ada yang nyeletuk kerupuk gratis, main air dan balon di sekolah, upacara terus pulang, lomba balap karung, lomba catur antar kelas, dll. Itu jawaban mereka yang lahir antara tahun 2004 – 2006. Sangat polos dan apa adanya.
Lalu, apa yang ada di pikiran generasi 90-an?
Aku sebagai generasi ‘90 mencoba bertanya pada diriku sendiri. Tapi yang kudapati ternyata sangat dangkal apa yang ku ketahui tentang 17 Agustus. Yang kudapati pertama kali di pikiranku adalah Indonesia merdeka di 17 Agustus, diproklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, dan lain-lain yang memang diajarkan bapak dan ibu guru di sekolah.

Rekaman suara Ir. Soekarno saat membacakan teks Proklamasi
                                                        


Di usia SMP & SMA, -aku pernah mengalami masa ini- pasti banyak dari kita yang merasa malas datang ke sekolah hanya untuk mengikuti upacara kemerdekaan yang hanya satu tahun sekali. Upacara rutin hari Senin pun banyak yang enggan mengikuti dengan cara yang cukup licik : sembunyi di kamar mandi, pura-pura sakit, datang ke sekolah setelah upacara usai, atau bahkan membolos.
Kita enggan memikirkan, apalagi membayangkan bagaimana sulitnya para pahlawan merebut kemerdekaan Indonesia. Darah dan nyawa dikorbankan demi kemerdekaan di genggaman. Ketika memikirkan apa yang aku dan teman-teman pernah lakukan di sekolah aku merasa sangat tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih pada mereka yang mati-matian berjuang.
Generasi kita sekarang bisa hidup tenteram tanpa perlu diperbudak untuk menjadi petani dan kuli rendahan bagi para penjajah, tidak perlu hidup di tengah pembantaian kehormatan, tidak perlu was-was akan mendengar sirene kuso keho sebagai pertanda bahaya serangan udara, dan tidak perlu merasakan masa pra kemerdekaan yang begitu sulit.
Lalu apa artinya merdeka?
Kemerdekaan adalah:
  • (kata benda) di saat suatu negara meraih hak kendali penuh atas seluruh wilayah bagian negaranya.
  • (kata benda) di saat seseorang mendapatkan hak untuk mengendalikan dirinya sendiri tanpa campur tangan orang lain dan atau tidak bergantung pada orang lain lagi.
  • sumber
Jadi, apa kita sudah merdeka?
Ekonomi kita dikendalikan asing, sebagian kebutuhan pokok kita didatangkan dari negara lain. Anak-anak orang berada bangga bersekolah dan berlibur di negara lain. Generasi kita bangga menyisipkan bahasa asing dalam pergaulan. Banyak dari bangga memakai produk asing (bukan hanya kebutuhan pokok, makanan, minuman, pakaian, tas, sepatu, bahkan musik dan film pun kita bangga kepada asing).
Lalu apa artinya merdeka kalau kita selalu bangga dibayang-bayangi asing?
Renungan untuk kita semua, terutama para pemuda-remaja-anak-anak dari generasi 90-an dan 2000-an. Indonesia ke depannya adalah kita yang memegang. Jangan terlalu larut dalam kebudayaan asing. Jangan terlalu bangga dengan negara lain. Banyak-banyaklah bangga pada Indonesia. Kita hidup di atas tanahnya. Hidup dari airnya. Baik-buruk Indonesia saat ini, tetap harus kita bela. Ke depan kita harus mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik dari hari ini, untuk kita dan generasi setelah kita. Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar