Selamat pagi!
Ini pos pertamaku setelah lebih dari
setahun nggak ngeblog. Ini bunga sebagai tanda terima kasih untuk kalian semua
yang menyempatkan diri membaca postingan pertamaku tahun ini.
Setahun lebih nggak ngeblog, selama
itu aku melakukan banyak perenungan. Melakukan penggalian terhadap motivasi diri
sendiri,
siapa sih aku ini? Kenapa sih aku ini? Kenapa aku blah blah blah.. oh... ternyata semua itu gara-gara patah hati.
siapa sih aku ini? Kenapa sih aku ini? Kenapa aku blah blah blah.. oh... ternyata semua itu gara-gara patah hati.
Sudah
lewat 3 tahun kali ya. Patah hati bikin aku nggak pernah move on, stagnan, acuh
dengan apa saja, nggak peka, nggak sensitive
dan nggak nggak yang lain. Istilah kerennya apatis
gitu. Tiap ada yg deketin, aku acuh. Direspon sih, tapi nggak lebih dari
sekedar teman. Ini nih yg bikin aku sempet dicap sebagai pelaku PHP. Camkan! PELAKU PHP!
Nah,
buat mengatasi masalah yang oleh aku sendiri anggap sebagai “masalah kepribadian”,
aku masuk kuliah jurusan psikologi. Dengan membaca beberapa buku kuliah tentang
kepribadian dan beberapa buku islami, pandanganku tentang patah hati seketika
berubah.
Patah
hati menurut aku itu sekadar perasaan yg tumbuh dari sugesti. Sadar nggak
sadar, ketika seseorang diputusin, dia akan menjejalkan banyaaaaaak sekali
pertanyaan yang dilontarkan pada diri sendiri, dan menjawabnya sendiri dengan
sudut pandang pelaku ataupun korban.
Kenapa
pelaku? “Mungkin aku kurang ngasih perhatian sama dia.” “Mungkin gara-gara aku
terlalu banyak membuang waktuku dengan teman-teman” “Mungkin aku terlalu sering
bikin dia cemburu.” “mungkin aku terlalu menuntut banyak dari dia” Dan masih
banyak mungkin-mungkin yang lain. ya
kan?
Kenapa
korban? “Pantes nggak pernah sempet ngeluangin waktu buat aku.” “Ternyata
selingkuh dengan temanku.” “Ternyata aku kemakan janji palsunya” “Ternyata dia
banyak bohongnya” “Ternyata aku Cuma dijadikan pelariannya” dan ternyata terakhir yang paling
menyakitkan adalah…. “Ternyata dia homo…”
Itu tuh
yg bikin gregetan sendiri kalo diinget-inget. Aku kan udah pengalaman 3 tahun
lalu. Tapi doi-nya bukan homo ya.
hahahah
Ehem!
*sambil kibas kipas sate*
Ini ceritanya
setelah aku baca buku *lupa judulnya* yang tersebut di atas, yg namanya
dorongan buat pacaran lama-kelamaan semakin menipis dan menipis. Sempet aku
curiga sama diri sendiri kalau aku udah nggak normal karena nggak bisa suka
sama cowok. Tapi ternyata perasaan itu jadi tameng yang bisa membentengiku dari
perasaan-perasaan terlarang dan membuatku anti jadi korban PHP. Patah hati
pertama kali (dan semoga terakhir kali) itu tanpa sadar membuatku menjadi
seorang yang sangat pemilih. Kalau udah pernah dapet yang baik bangeeeeet itu
pasti standarnya jadi tinggi gitu *kibas kipas sate lagi*. Jadi, kudu musti
harus wajib dapet yang jauuuuuuuuh lebih baik bangeeeeet.
Jujur
aja ini postingan curhat banget. Nggak ada niat buat nasehatin atau ngajak buat
curiga kalau mantan pacarmu itu homo. Sumpah nggak gitu. Ini Cuma curhat kok. Intinya,
selamat pagiiiiiiiii :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar